Pengaruh Kebudayaan Korea Terhadap Indonesia
Di zaman globalisasi ini, sangat mudah bagi kita untuk dapat
berkomunikasi bahkan mengenal berbagai kebudayaan dan adat istiadat
negara lain. Beberapa tahun lalu hingga saat ini, para remaja Indonesia
sangat dibuat candu oleh berbagai macam kekreatifitasan dari Negeri
Sakura, Jepang. Khusunya bagi para pecinta kartun buatan Jepang (Anime).
Para Otaku (orang yang sangat mencintai Anime) yang berada di Indonesia
menjamur tak terhingga banyaknya. Selain Anime, berbagai macam komik
khas Jepang (Manga) juga sangat banyak digandrungi oleh masyarakat
Indonesia. Hal ini sempat membuat para komikus lokal kehilangan
proyeknya karena para peminat Manga lebih banyak daripada komik-komik
lokal. Tak hanya dunia anime yang dijadikan sasaran kesukaan remaja
Indonesia, tapi juga makanan khas Jepang, gaya berpakaian, hingga budaya
serta bahasa Jepang. Beberapa deretan nama aktor-aktor Jepang seperti
Ikuta Toma, Katsuya Fujiwara, dan Kenichi Matsuyama adalah salahsatu
dari sekian banyak aktris dan aktor Jepang yang memiliki banyak
penggemar di Indonesia. Selain itu masyarakat Indonesia juga menggemari
para penyanyi dari Jepang. Namun, beberapa tahun terakhir ini Korea
Selatan juga tidak kalah pintar mengambil hati para remaja Indonesia
dengan drama-drama dan musik khas Korea
.
.
Dimulai dari beberapa drama-drama korea yang sering disiarkan di
stasiun TV Indonesia, masyarakat Indonesia mulai ‘berkenalan’ dengan
artis-artis Korea. Tentu saja hal ini membuat banyak hati para kaum
wanita terutama para remaja mulai mengidolakan aktris dan aktor dari
Korea. Tak hanya aktris dan aktor saja yang diidolakan tetapi sejumlah
penyanyi dan boy band – girl band dari Korea juga diidolakan. Buat para
penggemar dunia entertaiment Korea, tentu tidak ‘sah’ rasanya jika
mereka tidak mengenal kebudayaan Korea itu sendiri serta mempelajari
bahasanya. Secara otomatis tentu saja rasa cinta dan keingintahuan akan
semua tentang Korea akan terjadi. Seperti saat ini, gaya berpakaian ala
Jepang sudah didominasi juga dengan gaya-gaya berpakaian ala Korea.
Rumah makan Jepang juga harus siap bersaing dengan rumah makan Korea
yang sekarang sudah mulai banyak dibuka.
Permasalahannya adalah, bagaimanakah kebudayaan kita bisa bertahan?
Jika efek negatif globalisasi ini terus terjadi dan tak diolah dengan
profesional, maka masyarkat Indonesia harus siap ‘dijajah’ oleh dunia
entertaiment, kebudayaan, serta produk-produk luar negeri. Pasar
terbesar suatu negara teretak pada para pemuda dan pemudinya (remaja).
Sekarang bagaimana remaja kita bisa meninggalkan kesukaan mereka
terhadap kebudayaan negara lain yang lebih cenderung diminati secara
otomatis oleh mereka? Tentu saja hal ini nyaris tidak mungkin diubah.
Karena kesukaan seseorang akan sesuatu merupakan hak nya dan kita tidak
memiliki hak untuk melarang seseorang membenci dunia entertaiment Jepang
maupun Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar